SELAMAT BERKUNJUNG

Selasa, 20 April 2010

El Nino dan La Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur

dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling.
El Nino dan La Nina sendiri baru dimasukkan kedalam istilah bahasa ilmiah pada tahun 1997.
 Kata La Nina berasal dari Bahasa Spanyol, berarti anak perempuan kecil. Dalam ilmu meteorologi dan oseanologi, La Nina didefinisikan sebagai proses mendinginnya suhu muka laut di bawah rata-rata pada kawasan Pasifik Timur dan Tengah di sekitar khatulistiwa.
 Lawan dari La Nina adalah fenomena El Nino, yakni menghangatnya temperatur permukaan air laut di atas rata-rata pada daerah serupa. Peristiwa tersebut biasanya disertai oleh perubahan perbedaan tekanan antara Tahiti dan Darwin yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan suatu indeks yang dikenal dengan istilah Indeks Osilasi Selatan (IOS).

El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal. Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina . Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya.
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina
Dampak El Nino dan La Nina
Dampak yang ditimbulkan oleh anomali alam ini memang cukup luar biasa dalam rentang area yang luas antara lain kekeringan, kekurangan pangan dan banjir. Beberapa bencana kekeringan dan banjir yang terjadi di Indonesia juga disebabkan oleh El Nino atau La Nina. Akan tetapi penelitian lebih lanjut menemukan bahwa tidak semua anomali ini menimbulkan dampak negatif. Sebuah riset menunjukkan bahwa El Nino menurunkan intensitas dan jumlah badai Atlantik dan tornado yang melintasi bagian tengah Amerika Serikat. (edy yuvera:nationalgegraphic dan internet source)
Pengaruh El Nino dan La Nina terhadap ozon troposfer di wlayah Indonesia (7,5 N-12.5 S ; 9,5-142,5 E) selama tahun 1979 sampai 2000 telah diteliti dengan menggunakan data bulanan ozon troposfer yang diperoleh dari Nasa Goddard Space Flight Center (NASA GSFC) dengan menggunakan metoda Convective Cloud Differential (CCD) dan data SOI bulanan yang diperoleh dari Biro Meteorologi Australia.`` Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ozon troposfer di wilayah Indonesia bervariasi sekitar 17-63 DU dengan konsentrasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober 1997 yaitu sekitar 30,2 - 64,4 DU. Terdapat kontribusi El Nino dan La Nina yang cukup kuat terhadap kenaikan ozon troposfer di wilayah Indonesia seperti saat El Nino 1997/1998 dan La Nina 1998/1999 yaitu dengan koefisien korelasi secara berturut-turut -0,69 dan 0,78 atau koefisien deterministic sebesar 0,48 dan 0,61. Selama periode penelitian terlihat secara rata-rata konsentrasi ozon troposfer di kawasan barat Indonesia lebih tinggi dari pada di kawasan timur Indonesia. Demikian juga halnya pada saat terjadi El Nino maupun La Nina.
tekanan permukaan atmosfer rendah terletak dalam permukaan perairan lautan yang lebih panas.
Tekanan atmosfer yang tinggi terbentuk di Pasifik tengah dan timur saat tekanan rendah berkedudukan lebih ke arah Pasifik barat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda

MUSS4FIR © 2008 Template by:
SkinCorner